Kamis, 31 Oktober 2024

Gamelan

 TAK HANYA SEBAGAI WARISAN BUDAYA, PELESTARIAN GAMELAN DI DESA WIRUN TERUS BERKEMBANG PESAT 

“Gamelan itu menggambarkan manusia yaitu Luwes (luwes dalam komunikasi), Luas (Luas dalam menerima komentar), dan Lawas (lawas dalam persahabatan)”

-Budiono

    Surakarta, kota yang terkenal dalam harmoni tradisinya yang khas, tempat di mana budaya bukan sekadar warisan, melainkan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dari sekian banyak budaya yang lahir di Surakarta, salah satu yang menarik perhatian kami adalah gamelan. 

    Gamelan memiliki bunyi yang mengalun lembut dari setiap gong dan saron, serta instrument lainnya yang membawa kita pada perjalanan melintasi waktu. Sejak masa Keraton Surakarta hingga kini, gamelan telah tumbuh bersama Indonesia, dikenal oleh seluruh wilayah dan generasi yang mengalir dari perkembangan jaman, dan menggema di panggung-panggung dunia. Suaranya yang khas bukan hanya lantunan musik, tapi juga cerita tentang Sejarah leluhur, makna tentang kehidupan, dan tentang kebersamaan. Dari satu generasi ke generasi lainnya, gamelan tetap menjadi alat musik khas Indonesia yang tak punah oleh waktu. 

    Sejarah gamelan di Solo mengalir bak aliran sungai Bengawan Solo, menuntun kita pada akar budaya yang kaya dan berharga. Dikutip dari buku Wiwara: Pengantar Bahasa dan Kebudayaan Jawa karya Harimurti Kridalaksana, karawitan adalah bentuk seni musik tradisional Jawa yang menampilkan nada dan irama tertentu secara harmonis dengan menggunakan gamelan sebagai instrumennya. 

Lokasi Perajin Gamelan Laras Jowo Adi: Gendengan, Wirun, Kec. Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57554 

    Bagi pecinta seni dan budaya, nama Mojolaban di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, pasti sudah tak asing lagi. Biasanya para pelajar dan mahasiswa menjadikan tempat ini sebagai tempat tujuan pembelajaran. Desa Wirun di kecamatan ini dikenal sebagai salah satu pusat kerajinan gamelan terkemuka di Indonesia. Bagaimana tidak? di tempat inilah, tradisi pembuatan gamelan diwariskan secara turun-temurun. Daerah Wirun dikenal sebagai tempat perajin gamelan yang autentik di Solo, menurut cerita dari narasumber kami, pada jaman dahulu terdapat 3 perajin yang membuat gamelan di daerah ini. 

    Daerah Wirun menjadi terkenal dalam pembuatan gamelan. Nah di daerah Wirun memiliki sumber daya alam yang melimpah, terutama bahan baku utama seperti logam untuk pembuatan instrumen gamelan. Daerah ini dikenal sebagai penghasil kuningan dan perunggu, dua bahan yang sangat penting untuk menciptakan nada gamelan yang berkualitas. Mengapa gamelan yang berkualitas terbuat dari perunggu? Gamelan berkualitas tinggi sering kali dibuat dari perunggu karena bahan ini menghasilkan suara yang lebih jernih, merdu, dan tahan lama. Ketika perunggu dipukul, getarannya menciptakan resonansi nada yang hangat dan panjang, memberikan kesan hidup pada musik gamelan. Selain itu, perunggu lebih stabil terhadap perubahan suhu, menjaga nada tetap konsisten. Pembuatan gamelan dari perunggu juga dianggap lebih sakral dan bernilai tinggi dalam tradisi Jawa, sehingga instrumen ini menjadi pilihan utama untuk pertunjukan-pertunjukan penting.

    Tradisi dan keterampilan pembuatan gamelan diwariskan dari generasi ke generasi. Banyak pengrajin di Wirun telah belajar dari para leluhur mereka, yang menjadikan pengetahuan tentang seni pembuatan gamelan sebagai bagian penting dari identitas komunitas. Keahlian ini berkembang dengan sempurna seiring waktu, sehingga hasil produksi gamelan dari Wirun terkenal dengan kualitas produksinya yang unggul.

    Selain itu, lokasinya yang dekat dengan pusat kebudayaan seperti Surakarta dan Keraton Surakarta Hadiningrat juga menjadi faktor penting. Keraton memerlukan gamelan berkualitas tinggi untuk acara-acara ritual dan kesenian, dan para pengrajin dari Wirun menjadi pemasok utama kebutuhan tersebut. Dengan perpaduan bahan baku yang baik, keterampilan turun-temurun, serta hubungan erat dengan pusat budaya, Wirun terus dikenal sebagai salah satu sentra pengrajin gamelan terbaik di Indonesia hingga kini.

    Perajin Laras Jowo Aji ini memiliki pekerja yang tidak hanya berasal dari Mojolaban saja, namun juga dari luar kabupaten seperti dari Karanganyar dan Surakarta. Para pekerja memiliki jam kerja yang fleksibel tergantung banyaknya pesanan. Setiap hari mereka bekerja dari jam 08.00 – 15.00 WIB, apabila membuat gong, para pekerja akan melembur karena bentuknya yang lebih besar.

    Gamelan di Indonesia sebagian besar ricikan atau instrumennya terdiri atas instrument perkusi. Hal ini sesuai dengan kata “Gamel” mendapat akhiran “an” yang berarti dipukul atau ditabuh, walau terdapat instrument petik, tiup, dan gesek. Sesuai dengan keadaan tersebut maka gamelan di Indonesia dapat dibuat dari bahan dasar yang khas, seperti : Gangsa (Perunggu) Gasa – Gangsa (Tembaga dan Rejasa).

    Banyak diantara orang-orang menyebut gamelan Gangsa dengan istilah Gamelan Perunggu. Tetapi menurut para empu pembuat gamelan yang benar adalah Gamelan Gangsa. Karena memang dibuat dari Logam campuran antara tembaga dengan timah putih (rejasa). Yang dimana kedua kata terakhirnya disambung menjadi Ga-sa, sehingga seiring pengaruh kehidupan masyarakat berubah menjadi “Gangsa”.

    Gangsa memiliki unsur-unsur yang sama dengan manusia, diantaranya :

  • Manusia diciptakan dari tanah, sementara timah juga dihasilkan dari tanah
  • Manusia membutuhkan angin sebagai sumber oksigen (pernapasan), sementara proses peleburan timah juga menggunakan angin
  • Kandungan air dalam manusia sekitar 70%, sementara pembuatan gamelan juga membutuhkan air
  • Manusia memanfaatkan api di beberapa keadaan dan situasi, sama seperti proses pembuatan gamelan yang membutuhkan api untuk proses peleburan

    Gamelan Mojolaban memiliki ciri khas tersendiri, yang membedakannya dari gamelan di daerah lain. Salah satu ciri khasnya adalah penggunaan kayu jati berkualitas tinggi sebagai bahan dasar pembuatan gamelan. Gamelan tidak bisa dikerjakan menggunakan alat modern, karena semua menggunakan perasaan. Selain itu, penggunaan kayu jati juga mengandung filosofi yaitu jati diri, artinya tidak mau dibakar dengan kayu lain selain kayu jati. 

    Makna gamelan bukan sekadar rangkaian bunyi dari alat musik tradisional. Ia adalah denyut nadi budaya, jiwa yang menyatukan masyarakat, dan harmoni yang mengalun dari generasi ke generasi. Bagi masyarakat, gamelan adalah simbol keagungan warisan leluhur, seperti yang dikatakan bapak Budi. Setiap perangkat gamelan menggambarkan kyai wali songo sebagai penyebar agama islam, yang setiap nadanya mengajarkan tentang kebersamaan, keseimbangan, dan keselarasan.

    Ketika gamelan dimainkan, bukan hanya telinga yang mendengar, tetapi hati pun turut merasakan. Nada-nada lembut yang keluar dari saron, bonang, kendang, dan gong menyatukan semua yang mendengarnya dalam rasa damai dan syukur. Gamelan mengajarkan kita bahwa keindahan hanya bisa terwujud ketika semua instrumen, meskipun berbeda bunyi dan perannya, mampu bersinergi dalam harmoni yang sempurna. Dalam gamelan, instrumen gong dilambangkan sebagai Tuhan yang memiliki peran sebagai pemulai dan pemberhentian dalam permainan karawitan. Ngrawit berasal dari kata “ngrawit” adalah keindahan yang dihasilkan dari kerumitan dan keterampilan tinggi.

    Dalam gamelan, masyarakat menemukan refleksi kehidupan: kerja sama untuk menghasilkan nada yang merdu, dan saling menghormati. Setiap pemain memiliki peran yang unik namun saling melengkapi, menciptakan suara yang menggema ke seluruh penjuru, menyatukan perbedaan menjadi kekuatan lho!. Gamelan adalah pelajaran tentang bagaimana keberagaman, jika dirawat dan dihargai, bisa menjadi sumber kekuatan yang tak tertandingi.

Bapak Budiono, pemilik usaha Gamelan Laras Jowo Aji

    Bagi masyarakat, gamelan bukan hanya bunyi. ia adalah doa, kisah, dan pengingat bahwa dalam dunia yang penuh hiruk-pikuk, selalu ada ketenangan di antara nada-nada yang selaras. Gamelan adalah napas dari tanah yang mencintai kedamaian, dan selama ia dimainkan, masyarakat akan terus terhubung dengan akar budaya mereka, menyelami kedalaman jati diri yang sejati. Pembuatan gamelan di Desa Wirun merupakan salah satu pelestarian warisan budaya yang kaya akan makna dan filosofi. Seluruh proses pembuatan gamelan menggambarkan segala aspek kehidupan manusia. Gamelan bukan sekedar alat music biasa, tetapi juga refleksi kehidupan, pelajaran tentang keberagaman, dan pengingat akan ketenangan di tengah kehidupan. Melalui gamelan, masyarakat dapat menemukan jati diri di dalam hidup mereka.

LINK VIDEO: https://youtu.be/WwSX7z86LRM 


DOKUMENTASI