Kelompok 3 Kerajaan Mataram Kuno
2. Feodora Melissa/18
3. Freya Navasheea Machidinata/20
4. Karina Maharani Al Fatika/22
5. Mevva Callysta Justin/25
6. Rifa Nafiisah Putri/31
Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan dengan corak Hindu dan corak Buddha yang berkembang mulai dari abad ke-8 sampai dengan abad ke-11. Kerajaan ini mulanya didirikan oleh Raja Sanjaya, dan tahtanya dilanjutkan sejumlah dinasti Syailendra dan dinasti Isyana setelah meninggalnya sang pendiri kerajaan. Kata “Mataram” sendiri diambil dari Bahasa Sansekerta “Matr” yang memiliki arti sebagai “ibu”. Banyak sejarawan yang mendeskripsikannya Kerajaan Mataram Kuno sebagai bentuk personifikasi sosok ibu yang melambangkan kehidupan, alam dan lingkungan.
Selain terkenal dengan nama “Mataram Kuno”, kerajaan ini juga banyak disebut dengan istilah “Medang” oleh penduduk Jawa. Istilah Medang ini muncul dari berbagai prasasti yang ditemukan di berbagai lokasi di sekitar Jawa Tengah dan juga di Jawa Timur. Letak Kerajaan Mataram Kuno berada di Jawa Tengah sebelum akhirnya berpindah ke Jawa Timur. Masyarakat Mataram Kuno sangat bergantung pada pertanian dan hasil laut. Kerajaan ini memiliki mata uang bernama "Masa dan Tahil" yang berupa koin perak dan emas. Masyarakat terbagi menjadi bangsawan, pelayan istana, rohaniwan, dan rakyat biasa.
MASA BERDIRINYA KERAJAAN MATARAM KUNO
Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berdiri
pada abad ke-7, dengan Raja pertamanya adalah Sanjaya, sebagaimana tercatat
dalam Prasasti Mantyasih. Berdasarkan Prasasti Canggal, sebelum
Sanjaya, wilayah Jawa pernah diperintah oleh Raja Sanna dari Kerajaan Galuh.
Namun, kekuasaan Sanna digulingkan oleh Purbasora, sehingga ia melarikan diri
ke Kerajaan Sunda untuk mencari perlindungan dari Raja Tarusbawa. Sanjaya,
sebagai keponakan Sanna, kemudian diambil sebagai menantu oleh Tarusbawa.
Setelah menikah, Sanjaya bertekad merebut
kembali Kerajaan Galuh. Ia berhasil menguasai Galuh, Sunda, dan juga Kalingga.
Setelah itu, Sanjaya mendirikan kerajaan baru yang dikenal sebagai Kerajaan
Mataram Kuno. Dalam Prasasti Canggal, Sanjaya disebut dengan gelar Rakai
Mataram Sang Ratu Sanjaya. Kerajaan Mataram Kuno berkembang menjadi salah satu
kerajaan besar di Jawa pada masa itu.
Raja Sanjaya memerintah dengan bijaksana dan berhasil mempersatukan kembali Bhumi Mataram dan Bhumi Sambara yang sempat terpisah akibat pemberontakan Ratu Shima. Raja Sanjaya juga membangun candi Hindu di daerah Prambanan. Setelah Raja Sanjaya wafat, ia digantikan oleh putranya yang bernama Panangkaran. Panangkaran adalah raja pertama dari Dinasti Syailendra yang beragama Buddha. Ia membangun candi Buddha di daerah Kalasan dan Mendut.
MASA KEJAYAAN KERAJAAN MATARAM KUNO
Kerajaan Mataram Kuno mencapai masa kejayaannya di bawah pemerintahan Dinasti Syailendra. Pasalnya, di masa ini, Perkembangan Kerajaan Mataram juga mencakup beberapa bidang, mulai dari kesenian, ilmu pengetahun, potlitik, hingga sosial. Di samping itu, pada masa pemerintahan Raja Dyah Balitung, Kerajaan Mataram juga meninggalkan banyak prasasti di kawasan Jawa Tengah, Yogyakarta, hingga Jawa Timur.
Masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno ditandai dengan perluasan wilayah kekuasaan, termasuk ke Semenanjung Malaka dan Chenla (Kamboja), serta pencapaian besar seperti pembangunan Candi Borobudur. Raja Sri Dharmatungga merupakan raja pertama dari Dinasti Syailendra yang memulai kejayaan ini. Setelahnya, kepemimpinan dilanjutkan oleh Raja Indra yang menaklukkan Chenla, dan Raja Samaratungga yang mendukung perkembangan seni dan membangun Candi Borobudur. Kerajaan Mataram Kuno berpusat di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan wilayah kekuasaan yang meluas hingga Semenanjung Malaka dan Chenla (sekarang Kamboja).
Masa kejayaan ini berlangsung pada era Dinasti Syailendra, sekitar abad ke-8 hingga abad ke-9 Masehi. Kejayaan Mataram Kuno tercapai berkat kepemimpinan raja-raja Dinasti Syailendra yang memperluas kekuasaan, memperkuat kerajaan melalui seni, budaya, dan agama, serta membangun infrastruktur monumental seperti Candi Borobudur. Dengan strategi militer yang efektif untuk memperluas wilayah, dukungan terhadap seni dan budaya, serta kontribusi besar dalam agama Buddha melalui pembangunan Candi Borobudur, Kerajaan Mataram Kuno mencapai puncak kejayaannya.
MASA KERUNTUHAN KERAJAAN MATARAM KUNO
Kerajaan Mataram kuno mengalami keruntuhan
pada tahun 1080. Ada beberapa faktu yang menyebabkan keruntuhan pada Kerajaan
tersebut.
1. letusan gunung berapi. Lokasi kerajaan yang
berada di Jawa Tengah dengan banyak gunung berapi membuat letusan gunung berapi
merusak istana kerajaan.
2. Kekosongan kekuasaan dimasa raja terakhir karena sang raja tidak
memiliki pewaris tahta sehingga kekuasaan diberikan oleh mpu sindok yang
merupakan seorang penasihat kerajaan. Mpu Sindok sendiri kemudian mendirikan
dinasti Isyana dan memindahkan ibu kota ke Jawa Timur.
3. Kerajaan mataram kuno juga bermusuhan dengan kerajaan Sriwijaya dengan Wangsa Syailendra. Sehingga mendapat ancaman serangan dari kerajaan Sriwijaya.
Pada tahun 929 M, Empu Sindok memindahkan ibu
kota Mataram Kuno ke Jawa Timur, tepatnya di hilir Sungai Brantas. Pemindahan
ini dilakukan karena wilayah tersebut masih dalam kekuasaan Mataram Kuno dan
dianggap lebih strategis, dengan tanah subur dan akses pelayaran menuju Laut
Jawa. Kerajaan ini kemudian dikenal sebagai Mataram Kuno di Jawa Timur atau
Kerajaan Medang.
RAJA-RAJA MATARAM KUNO DAN KONTRIBUSINYA
Sumber: Kita bisa- Sanjaya (732–760 M) Mendirikan Dinasti Sanjaya dan mengembangkan agama Hindu, pendirian Lingga di Kunjarakunja tercatat dalam Prasasti Canggal.
- Rakai Panangkaran (760–780 M) Mendukung agama Buddha Mahayana dan mendirikan Candi Kalasan untuk Dewi Tara.
- Rakai Pikatan (840–856 M) Menyatukan Dinasti Sanjaya dan Syailendra melalui pernikahan. Memulai pembangunan Candi Prambanan sebagai pusat peribadatan Hindu.
- Rakai Kayuwangi (856–882 M) Menstabilkan kerajaan setelah konflik internal, dikenal dalam Prasasti Wanua Tengah III.
- Rakai Watukura Dyah Balitung (899–911 M) Menguatkan administrasi kerajaan dengan mengeluarkan Prasasti Mantyasih yang memuat daftar silsilah raja-raja sebelumnya.
- Mpu Sindok (929–947 M) Memindahkan ibu kota Mataram Kuno ke Jawa Timur setelah bencana alam di Jawa Tengah. Memulai Dinasti Isyana dan mengembangkan wilayah di sekitar Sungai Brantas.
- Dharmawangsa Teguh (985–1007 M) Berusaha menerjemahkan kitab Mahabharata ke dalam bahasa Jawa Kuno. Mengembangkan perdagangan maritim dan memperluas pengaruh Mataram.
Candi
1. Candi Bima
2. Candi Kalasan
3. Candi Plaosan
4. Candi Prambanan
5. Candi Sewu
6. Candi Mendut
7. Candi Pawon
8. Candi Puntadewa
9. Candi Semar
10. Candi Srikandi
11. Candi Borobudur
Prasasti
- Prasasti Canggal (732 M): Ditemukan di
Candi Gunung Wukir, ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isinya
tentang pendirian Lingga oleh Raja Sanjaya, menggantikan Sanna.
- Prasasti
Kalasan (778 M): Ditemukan di Kalasan, Yogyakarta, menggunakan huruf Pranagari
dan bahasa Sanskerta. Isinya pendirian candi Dewi Tara dan biara untuk pendeta
oleh Raja Panangkaran atas permintaan keluarga Syailendra.
- Prasasti
Mantyasih (907 M): Ditemukan di Mantyasih, Kedu, menggunakan bahasa Jawa Kuno.
Berisi silsilah raja-raja Mataram hingga Rakai Watukura Dyah Balitung.
- Prasasti Klurak (782 M): Ditemukan di Prambanan, ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sanskerta. Isinya tentang pembuatan Arca Manjusri oleh Raja Indra.
Aspek Politik
Kerajaan Mataram Kuno memiliki pemerintahan yang terstruktur rapi dengan sistem monarki. Raja memegang kekuasaan tertinggi dan dianggap sebagai perwujudan dewa di bumi. Peran raja sangat penting dalam memastikan kesejahteraan rakyat dan menegakkan kebenaran serta keadilan (dharma).Aspek Sosial
Masyarakat Mataram Kuno hidup rukun dengan semangat gotong royong yang tinggi, terutama dalam pertanian dan pembangunan seperti pembuatan candi atau irigasi. Kehidupan sosial juga diwarnai dengan kemajuan dalam pendidikan dan seni, didukung oleh keberadaan pusat pembelajaran agama dan seni di kerajaan.Aspek Budaya
Budaya Kerajaan Mataram Kuno sangat kaya, hasil perpaduan tradisi lokal dengan pengaruh Hindu dan Buddha. Hal ini tercermin dari pembangunan candi-candi besar seperti Borobudur dan Prambanan, yang berfungsi sebagai tempat ibadah, pusat kebudayaan, dan pendidikan.Aspek Agama
Kerajaan Mataram Kuno menjadi bukti keberagaman agama, yakni Hindu dan Buddha. Hindu Syiwa berkembang pesat di bawah Wangsa Sanjaya, sementara Buddha Mahayana menjadi dominan pada masa Wangsa Syailendra. Meski berbeda keyakinan, kedua agama hidup berdampingan secara damai, menunjukkan toleransi yang tinggi.
Mari jaga keragaman dan toleransi agar kita tetap menjadi bangsa yang beradab
SUMBER
Youtube Kita bisa: https://youtu.be/iEmaSnG3YBU?si=YfKmqVzHuM7ibtnc
https://adjar.grid.id/read/543903701/masa-kejayaan-kerajaan-mataram-kuno-dan-peninggalannya?page=all
https://www.scribd.com/doc/241892619/Kerajaan-Mataram-Kuno
http://widiyatmiko.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/51868/Kerajaan+Mataram+Kuno.pdf